Jumat, 01 Juni 2012

sony

SONY ALPHA NEX-5N KAMERA SONY TERBARU Harga-Spesifikasi Sony NEX-5N vs DSLR. Kamera digital single-lens reflex atau DSLR memang tak bisa disandingkan dengan kamera poket. Selain harganya jauh berbeda, beberapa fitur yang diusung bak langit dan Bumi. DSLR jauh lebih hebat ketimbang kamera poket. Lihat SONY XPERIA S VS NOKIA LUMIA 800 Perbandingan Harga-Spesifikasi Xperia S vs Lumia 800 dan NIKON D3200 KAMERA NIKON TERBARU Harga-Spesifikasi Nikon D3200 DSLR.

Meski begitu, bukan berarti kamera poket kalah dalam segala hal. Dari segi ukuran dan kepraktisan, misalnya, kamera poket yang menang. Kamera DSLR berukuran besar dan tak praktis, sedangkan kamera poket dengan mudah dibawa ke mana-mana.

Untuk pengambilan gambar, kamera poket cukup simpel, tinggal bidik dan jepret. Sayangnya, untuk merekam gambar dengan kecepatan tinggi kamera poket tak berdaya. Begitu pula dengan kondisi ruangan minim cahaya, kamera poket menyerah.

Nah, untuk memenuhi kebutuhan akan kamera DSLR dan poket, yakni kamera dengan ukuran sekecil kamera poket tapi dengan fitur sekaya DSLR, kini hadir jenis kamera mirrorless interchangeable lens. Penggunaannya sederhana, tapi hasilnya luar biasa.

Salah satu vendor kamera yang bermain di segmen ini adalah Sony. Bagi Sony, bergelut di segmen kamera mirrorless interchangeable lens bukan hal baru. Sebab, perusahaan asal Jepang ini sudah beberapa kali meluncurkan produk sejenis.

HARGA SONY ALPHA NEX-5N KAMERA TERBARU

Salah satu produk yang menjadi andalan adalah Sony NEX-5N. Dalam sepekan ini NEX-5N sempat mampir ke kantor Koran Tempo, dan pada rubrik uji coba ini kami ingin melihat lebih jauh kelebihan dan kekurangan kamera seharga sekitar Rp 8 juta ini.

Sony NEX-5N merupakan model keempat dari keluarga NEX. Kamera ini mengusung sensor 16,1 megapiksel dengan Exmor APS HD CMOS, sistem 25 titik otofokus, 49-segment exposure meter, dan layar LCD 3 inci dengan resolusi 921 ribu-dot.

NEX-5N juga menyajikan antarmuka baru di layar sentuhnya dan memiliki rentang ISO yang jauh lebih besar, yakni 100-25.600, baik untuk shutter secara mekanik maupun elektronik, dan dapat merekam gambar yang bergerak cepat pada 10fps full resolution.

Selain untuk menangkap gambar diam, NEX-5N dapat merekam video dengan definisi tinggi penuh atau Full HD 1920 x1080p dengan kualitas Advanced Video Coding High Definition (AVCHD).

Lensanya bisa dibuka-pasang berkat E-mount system. Yang hebat, kamera seri NEX ini juga bisa menggunakan lensa reguler kamera DSLR Sony Alpha dengan ukuran apa pun, berkat aksesori adapter LA-EA2 yang dijual terpisah.

Di pasar kamera, Sony NEX-5N dengan lensa 18-55mm f/3.5-6.3, atau biasa disebut lensa kit, dijual dengan harga Rp 8 juta. Sedangkan Sony NEX-5N dengan lensa 18-200 mm dijual seharga Rp 12,9 juta.

Fitur yang terdapat pada Sony NEX-5N sangat mirip dengan pendahulunya, NEX-5. Namun ada juga beberapa perubahan yang dibuat agar penggunaan kamera ini lebih mudah bagi para pemula.

Seperti kamera poket pada umumnya, Sony NEX-5N juga tak dilengkapi dengan view finder. Untuk membidik obyek yang hendak direkam, kita cukup melihat layar LCD sebesar 3 inci.

Sudut pandang layar NEX-5N bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengambil gambar posisi rendah, misalnya, kita tak perlu membungkukkan tubuh. Layar LCD hanya perlu ditekuk ke atas dan kamera siap menjepret.

NEX-5N memang bukan kamera interchangeable lens terkecil di dunia. Namun, dengan bobot sekitar 210 gram dan ketebalan 23,3 milimeter, kamera ini sangat nyaman digenggam dan dimasukkan dalam tas.

Yang menarik, meski tak dilengkapi dengan lampu flash, kamera ini dapat mengambil gambar di ruang minim cahaya dengan hasil yang bagus. Rentang ISO yang lebar dari 100 hingga maksimal 25.600 mampu menghasilkan foto tanpa bintik-bintik (noise).

Saat menjajal, Tempo sangat terkesan akan kemampuan kamera tersebut. Selama ini hanya kamera DSLR yang sanggup mengambil gambar dengan cahaya sangat minim.

Fungsi Tombol Kamera Sony NEX-5N Saingan DSLR

Bagian depan NEX-5N tidak terlalu ramai dengan bermacam tombol. Yang terlihat jelas dari depan adalah tombol pembuka lensa yang mirip dengan kamera DSLR Sony. Sedangkan tombol shutter terdapat di bagian muka sisi miring bodi NEX-5N.

Di bagian sisi atas Sony lebih menonjolkan fungsi tombol ketimbang gaya. Tombol Power, On, dan Off diputar ke kanan dan terkesan kokoh. Sayangnya, dibutuhkan waktu 2-3 detik agar LCD menyala. Ini berbeda dengan kamera DSLR, yang langsung hidup begitu tombol Power ditekan.

Dengan bodi yang tipis dan lensa besar, Sony Alpha NEX-5N memang terlihat sedikit aneh dan tidak semenarik Olympus PEN, misalnya, atau tak sefuturistik Panasonic G. Meski begitu kemampuan merekam gambar dan video merupakan kekuatan NEX-5N ini.

Apalagi sensor 16 megapiksel dan rentang ISO yang cukup lebar membuat kamera ini mampu menghilangkan noise yang biasa dihasilkan kamera poket ketika mengambil gambar pada kondisi minim cahaya.

Selain itu, tersedianya adapter lensa membuat Sony NEX-5N bisa memakai jenis lensa apa pun, termasuk dari pihak ketiga, seperti lensa Nikon. Dengan berbagai kelebihan itu Sony Alpha NEX-5N layak menjadi kamera pendamping Anda dan pengganti kamera DSLR jika dibutuhkan.

gambar camera

nikon d90.jpg
Canon EOS 60D Digital Field Guide Rp 245.000
   
PAKET DIGITAL CAMERA Rp 212.500
   
Photography The New Complete Guide To Taking Photograph.jpg
Photography: The New Complete Guide To Tak... Rp 367.750
   
CD Tutorial John Tefon's Infrared FX.jpg
CD Collage Express 1-Classic Styles (Verti... Rp 250.000
 
 
JVC Video Camera Professional GY-HM100 Rp 23.390.000
   
Sony HXR-MC1500 (storewaranty) Rp 14.350.000
   
Panasonic Hardisk HDC-HS80 120GB (store wa... Rp 6.875.000
   
Sony Hardisk DCR-SR21 80GB (storewaranty) Rp 2.580.000
 
 
Olympus OM-D EM5 Kit 12-50mm Free Jam Tang... Rp 13.850.000
   
nikon d3100.jpg
Nikon D3100 kit 18-55 VR (storewaranty) Rp 5.210.000
   
60D kit 18-200 new.jpg
Canon EOS 60D Kit 18-200 Rp 11.618.000
   
Canon EOS 5D Mark III Kit 24-105L + 8 Gb ... Rp 39.385.000
 
 
Sony Cybershot WX50 Free Jam Tangan + 4Gb Rp 2.549.000
   
Fuji Film X100 + 4GB + Leather Case + Ring... Rp 10.799.000
   
Samsung PL120 + 4 Gb + Jam Tangan Rp 1.349.000
   
Panasonic Lumix DMC-FT20 / TS20 + 4 Gb + Case Rp 2.449.000
 
 
18 55 is.jpg
Samyang Lens For Nikon 14mm F/2.8 IF ED UM... Rp 4.349.000
   
Canon EF 15-85 f/3.5-5.6 IS USM Rp 6.745.000
   
Canon 450D.jpg
Delkin Snug It Pro Skin for the Canon 550D Rp 520.000
   
product_image_4674_clone_.jpg
Wonderful AD-088C Rp 2.050.000
 
 
Steadycam.jpg
CobraCrane BackPacker Rp 5.350.000
   
Excell ufo 266.jpg
Excell UFO 266 Rp 630.000
   
MANFROTTO 808RC4 STANDARD 3-WAY HEAD.jpg
Manfrotto 234RC Monopod Head Quick Release Rp 430.000
   
westernlawn.jpg
Crumpler The Western Lawn Rp 951.000

Pelajaran-pelajaran dari kamera analog (film)

Semakin hari semakin banyak pengalaman yang didapatkan dari kamera film:

1) Benar-benar mikir, apa objek yang di foto benar-benar layak untuk di foto alias conserve film, soalnya satu rol cuman bisa nampung 36 gambar :D

2) Komposisi benar-benar di pikirkan, biar enggak ada foto yang beres di ambil tiba-tiba mikir "tadi ngapain ya ngambil foto ini." soalnya sayang kalau asal ambil tanpa dipikir dulu komposisinya.

3) Belajar sabar, kadang-kadang ada objek bagus, tapi cahaya kurang, terpaksa mengurungkan niat, daripada maksa foto tau-tau hasilnya malah blur gara-gara kurang cahaya :P

4) Belajar posisi tubuh yang tepat, biar gambar enggak blur. Posisi tubuh bisa membantu hingga shutter speed 1/10 detik, dibawah itu gunakanlah tripod :P (posisi tubuh yang bagus tangan kiri jadi tumpuan beban kamera, tangan kanan hanya menekan tombol shutter, tapi jangan di hentak, pelan-pelan biar gambar enggak blur).

5) Belajar fokus (kamera SLR / RF) manual. Mengatur shutter speed dan aperture secara manual berdasarkan lightmeter di dalam kamera.

6) PALING PENTING !! BELAJAR MENIKMATI HASIL KARYA SEPERTI APAPUN HASILNYA !! toh kalau kamera digital tinggal delete aja. Kalau kamera analog maksa kita untuk belajar dari hasil yang jelek biar nanti hasilnya enggak kayak gitu lagi.

Ada yang mau nambahin? :D

2 komentar:

Anonymous said...
gi mana setingan lampu flas yg benar..
CacingKepanasan said...
Ya, yang penting pakai flash sesuai dengan merek kamera (misalkan nikon pakai nikon, canon pakai canon) soalnya kalo enggak takutnya IC di dalem kamera / flashnya terbakar.

tapi kalau kamera jadul kayak gambar di atas sih, bebas pakai flash apa aja, karena flash merek aslinya udah susah nyarinya :)

Kalau setingan lampu flash yg paling sederhana sih ya usahakan jangan menyorot langsung ke objek, tapi kalau bisa bounce (misalkan arahkan ke langit-langit) jadi sinar dari lampu flash enggak terlalu tajam dan menimbulkan efek bayangan yang pekat.

CMIIW :)
Seperti semua perusahaan-perusahaan besar dari jepang lainnya, Canon dimulai oleh seseorang yang biasa saja.
Goro Yoshida (1900-1993) dilahirkan di Hiroshima dan tidak pernah tamat SMA. Dia lah yang menjadi cikal bakal adanya kamera Canon. Dia bekerja disebuah perusahaan tempat developing film dan tempat perbaikan kamera. Selama masa dia bekerja dia pernah membongkar kamera yang sangat tenar waktu itu, Leica. Leica adalah kamera buatan Jerman dan harganya sangat tinggi hingga digambarkan dengan gaji tertinggi lulusan dari universitas paling elit saat itu adalah 70 yen dan harga sebuah kamera Leica adalah 420 yen. (gila dong..)
Yoshida mempelajari isi dari kamera tersebut dan dia kesal setelah melihat isi dari kamera tersebut. Didalamnya tidak terdapat barang yang mahal seperti berlian. Semua benda mekanik terbuat dari kuningan, alumunium, besi, dan karet. Dia kesal karena mengapa material yang harganya sangat murah bisa menjadi benda yang sangat mahal.
Bersama dengan iparnya Saburo Uchida (1899-1982) dan Takeo Maeda (1909-1977), Yoshida mendirikan Precision Optical Instruments Laboratory pada tahun 1933 dan berhasil membuat kamera 35mm rangefinder prototype yang dinamakan Kwanon “Leica model II”.
Nama “Kwanon” diambil dari dewa umat Buddha yaitu Kwannon dewa pengasih. Dan bahkan lensanya pun diberi nama “Kyasapa” yang diambil dari Mahakyasapa yaitu murid dari Buddha.
Namun pada tahun 1934, Yoshida mengundurkan diri dari laboratorium itu, karena dia berfikir bahwa Precision Optical Instruments Laboratory sudah tidak seperti yang dia inginkan.
Dengan semakin banyaknya penelitian, Precision Optical Instruments Laboratory merasakan bahwa mereka tidak menemukan kemajuan dalam memproduksi lensa yang notabene hal ini adalah yang paling penting dalam pembuatan kamera. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bekerjasama dengan perusahaan pembuat lensa Nippon Kogaku Kogyo (yang sekarang menjadi Nikon Corp.) Nippon Kogaku adalah perusahaan besar pembuat peralatan optik yang secara khusus menangani peralatan militer pada saat itu. Dan kebetulan dibawah kepemimpinan perusahaan yang baru, mereka akam mencoba pasar domestik. Sehingga ajakan Precision Optical Instruments Laboratory untuk bekerja sama dalam membuat kamera mendapat sambutan yang sangat baik. Kerja sama mereka menghasilkan produk masal pertama mereka yang diberi nama “Hansa Canon”

Pada February l936 Hansa Canon dengan lensa Nikkor 50mm f3.5 resmi diluncurkan dan dipasarkan ke publik Jepang dengan harga 275 yen dan diumumkan sebagai kamera 35mm rangefinder buatan jepang pertama dengan kualitas tinggi.
Setelah itu nama kwanon berubah menjadi Canon.
Untuk membantu pemasarannya waktu itu, Precision Optical Instruments Laboratory bekerja sama dengan Omiya Shashin Yohin Co., Ltd. (Toko kamera dan accesories Omiya) Dan bahkan nama Hansa pada Hansa Canon merupakan merk dagang yang diberikan oleh Omiya sendiri.
Seiring perkembangannya nama perusahaan pemegang merk Canon mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada Juni l936 Precision Optical Instruments Laboratory berubah menjadi Japan Precision Optical Instruments Laboratory. Pada 10 Agustus 1937 Japan Precision Optical Instruments Laboratory merubah bentuk kepemilikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan saham gabungan, dan merubah nama perusahaan tersebut menjadi Precision Optical Industry Co., Ltd dan tanggal tersebut ditentukan sebagai tanggal lahir Canon Inc.
Takeshi Mitarai (1901-1984) yang pada waktu itu sebagai presiden dari Precision Optical Industry Co., Ltd mendengar keluhan dari konsumen yang sulit mengingat nama perusahaan produsen kamera Canon mereka, sehingga Mitarai memutuskan merubah nama Precision Optical Industry Co., Ltd menjadi Canon Camera Co., Ltd pada 15 September 1947 . Perkembangan kamera Canon sangat positif hingga dikabarkan bahwa kualitas kamera Canon sebanding dengan kamera Leica. Hingga pada tahun 1954, Leica mengeluarkan produknya “Leica M3″ yang berhasil memukul mundur semua kompetitor nya saat itu. Canon pun merasa harus mencari jalan lain agar bisa tetap menjadi pemimpin di pasar kamera.
Dan pada akhirnya Canon Camera Co., Ltd memutuskan untuk berkonsentrasi pada pengembangan kamera Single Lens Reflex (SLR) karena mereka pikir bahwa dengan pemikiran dan pengembangan meraka, kamera SLR bisa sangat unggul dari kamera Rangefinder. Pada Mei 1959 Canon meluncurkan Canonflex sebagai SLR pertama mereka. September 1968 produksi kamera Canon Luxury 35mm rangefinder yang sudah menjadi tradisi Canon sejak kamera perdana mereka Kwanon, resmi discontinue yang menjadikan type “7S” sebagai produk 35mm Rangefinder Hi-end terakhir dari Canon.
Pada ulang tahun Canon Camera Co., Ltd yang ke 30, presiden Mitarai berkata dalam pidatonya,
” Untuk memperkokoh kemakmuran perusahaan kita tahun ini, kita harus memegang kamera di tangan kanan, mesin-mesin bisnis dan peralatan optik khusus di tangan kiri. Pada saat yang sama, kita harus secara substansial meningkatkan ekspor kita”.
Dan perkataan itu menjadi pedoman perusahaan sehingga pada 1960 mereka secara resmi mulai memasuki bidang elektronik seperti mesin fotokopi, peralatan optik khusus dan lain sebagainya. Sehingga pada 1 Maret 1969 Canon Camera Co., Ltd kembali merubah nama mereka menjadi Canon Inc sampai sekarang.
1. Kwanon, kamera pertama Canon. (1933)
Kwanon 35mm Rangefinder adalah cikal bakal kamera Canon yang iklannya pertama muncul di Asahi Camera Magazine tahun 1934. Kamera ini tidak pernah diproduksi masal, dan bahkan apa yang ada pada majalah adalah merupakan model kayu saja tanpa bisa di operasikan. Namun Yoshida sang founder mengaku pernah membuat prototype Kwanon sebanyak 10 buah.
2. Hansa Canon, kamera produksi masal pertama Canon. (1936-1939)

Hansa Canon 35mm Rangefinder adalah kamera produksi masal pertama yang dijual secara komersil oleh Presision Optical Instrument Laboratory (nama awal Canon Inc) yang merupakan hasil kerjasama dengan Nippon Kogaku Kogyo (cikal bakal Nikon Corp). Hansa adalah merk dagang dari perusahaan distributor kamera Omiya Shashin Yohin Co., Ltd yang menjadi agen tunggal penjual kamera tersebut. Kamera ini adalah kamera pertama buatan Jepang.
3. Canon Seiki Kogaku, kamera 35mm Rangefinder (1939-1944)

Adalah kamera yang sama dengan Hansa Canon namun tanpa gravir “Hansa” pada body kamera setelah Omiya Shashin Yohin Co., Ltd memutuskan untuk hanya memakai nama Canon dalam kamera tersebut. Dan seterusnya ditambahkan gravir Seiki-Kogaku pada body kamera. Beberapa model yang dikeluarkan adalah “Standard Model,” “S atau Newest Model,” “J atau Popular Model” and “NS atau New Standard Model.”
4. Canon Seiki Kogaku (post war), kamera 35mm Rangefinder (1946-1968)
Line up kamera Canon di masa kebangkitan kembali setelah sempat berhenti berproduksi selama puncak perang dunia kedua.

Produk pertama yang mereka produksi kembali setelah perang (post war) adalah type “J II” yang merupakan kelanjutan dari type “J” terdahulu. Namun semua part yang digunakan merupakan sisa2 dari produksi type “J” mereka terdahulu.

Dengan terus bertambahnya keuntungan dari perusaan, pada oktober 1946 mereka berhasil meluncurkan type “S II” yang merupakan type orisinil buatan Canon dan tidak meniru dari model Leica lagi. Pada type ini mereka sudah memakai lensa buatan mereka sendiri dengan nama “Serenar”(yang sebelumnya memakai lensa buatan Nippon Kigaku yang bernama Nikkor Lens). Pengembangan ini sebetulnya sudah dilakukan sejak 1937 oleh engineer mereka.

Selama masa ini juga dilakukan pengembangan terhadap teknologi yang digunakan pada kamera buatan mereka. Seperti pada type “II B” dilakukan pengembangan pada viewfinder kamera menjadi 3 pilihan mode. Sehingga pemakaian viewfinder dapat di sesuaikan dengan lensa yang berbeda. Pengembangan inilah yang dijadikan sebagai tonggak awal dari pengembangan lainnya oleh Canon. Banyak pengembangan yang terjadi setelahnya pada kamera Canon, seperti:
  • Slow speed Shutter;
  • Fast shutter speed;
  • Fix Focal Plane Shutter;
  • Electronic Flash Syncronization;
  • Penggantian roll kamera di belakanga kamera (sebelumnya dari bawah)
  • Pengembangan lensa Serenar 50mm f1.8 type Gaussian menjadi tanpa flare yang selanjutnya membuat lensa tersebut menjadi Historical Masterpiece Lens. Dan nama Serenar digantikan dengan Canon pada body lensa pada pengembangan selanjutnya.
  • Fast winding trigger
  • Built-in exposure meter

Seiring dengan banyaknya pengembangan2 yang dilakukan oleh tim engineering Canon terhadap kamera mereka, membuat kualitas kamera 35mm Rangefinder buatan mereka menjadi sangat baik. Salah satu contohnya adalah type “IV Sb2″ yang mempunyai Electronic Flash Sync pertama. Model ini dinilai sebagai Masterpiece-nya Canon dan bahkan karena model inilah Canon sempat juga dinyatakan sejajar dengan Leica pada waktu itu, sebelum akhirnya Leica mengeluarkan type “M3″
Kehadiran “M3″ membuat para engineer dari Canon merasa terancam. Mereka menilai “M3″ dikerjakan dengan sangat sempurna. Hingga mereka merasa tidak yakin akan tetap bisa bertahan jika tetap mempertahankan untuk tetap memroduksi kamera 35mm Rangefinder. Dengan alasan itulah Canon mulai serius untuk mendalami kamera Single Lens Reflex (SLR).

Meski mereka sudah serius dalam penggarapan SLR, namun Canon tetap memproduksi Hi-end 35mm Rangefinder. Dua type terakhir mereka “7″ dan “7S” ternyata sangat berhasil dan sangat diminati oleh para pengguna kamera saat itu. Namun kesuksesan itu tidak semata-mata membuat Canon tetap bertahan pada produksi 35mm Rangefinder. “7S” adalah kamera Luxurius 35mm Rangefinder produksi terakhir dari Canon sekaligus menutup 32 tahun tradisi Canon dalam memproduksi Luxury 35mm Rangefinder Camera mereka sejak pertama kali Kwanon dibuat.
5. Canon 35mm film lens shutter camera, (1961-2005)
Ketika Canon memulai untuk berpindah produksi mereka dari 35mm Rangfinder menjadi SLR, Canon mulai mencari alternatif lain untuk bisa sedikitnya menggantikan posisi 35mm Rangefinder mereka.

Canon merasa reputasi mereka dalam pembuatan kamera 35mm Rangefinder sangat diakui oleh para konsumen. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memproduksi kamera jenis ini sebagai range produk mereka. Pada januari 1961 mereka meluncurkan Canonet sebagai Canon’s first intermediate-class, Lens-Shutter 35mm camera. Dan keberhasilan pendahulunya tetap bisa diikuti oleh Canonet. Hal itu dibuktikan dengan prestasi penjualannya dalam 2,5 tahun Canonet sudah terjual sebanyak 1juta buah.

Pada september 1969 olimpus-pen merupakan kamera pertama di jepang dengan format Half Frame. Dan pada Februari 1963 Canon meluncurkan DEMI. DEMI di ambil dari bahasa Francis yang artinya setengah. Canon membangun DEMI untuk lebih melebarkan pasar Canon dalam hal penjualan kamera. Diluncurkannya Canonet dan Demi adalah awalan untuk banyak perubahan kedepan. Canonet dan Demi adalah cikal bakal dari kamera poket yang sering kita pakai sekarang. Meskipun Canonet dan Demi ditunjukan untuk pasar menengah, namun dalam perkembangannya Canon tetap menawarkan format kamera jenis ini dalam berbagai varian dan segmen pasar. Berikut adalah beberapa jenis pengembangan dari jenis kamera tersebut:
  • Canonet (1961-1972)
  • Demi (1963-1967)
  • Snappy (1982-1998)
  • ELPH (1996-2002)
  • SureShot (1979-2005)
6. Canon Single Lens Reflex (SLR), kamera SLR buatan Canon(1959-2004)

Sejak Canon memutuskan untuk berpindah ke jalur ke SLR, sebetulnya pada waktu itu sudah ada 8 model SLR yang beredar dipasaran.
Canon Flex adalah SLR pertama buatan Canon yang diluncurkan pada Mei 1959. Kamera ini menggunakan mount lensa dengan type R. Sehingga semua kamera dengan mount type ini dinamakan kamera seri R. Kamera seri R yang diluncurkan adalah “Flex”, “Flex RP”, “Flex R2000″, “Flex RM”. Pada tahun yang sama tepatnya bulan Juni, Nikon juga meluncurkan produk mereka yaitu “Nikon F” (kamera SLR pertama buatan Nikon).

Canonex adalah kamera Canon Lens Shutter (shutter pada lensa) pertama dan terakhir yang di produksi oleh Canon. Kamera ini dibuat karena pada waktu itu pasar eropa sangat tinggi permintaanya pada kamera jenis tersebut. Pada kamera ini masih menggunakan mount lensa jenis S (mounting lensa berbentuk ulir dengan standar kamera Leica).
Canon “FX” yang diluncurkan pada April 1964 adalah pengembangan SLR Canon untuk lebih mempermudah pemakaiannya. Kamera seri ini memakai mount lensa dengan tipe “FL”. Kelebihan pada mount ini adalah memungkinkan untuk melakukan TTL (trough the lens) metering karena kamera dan aperture pada lensa bisa berkomunikasi secara mekanik. Beberapa type kamera yang di luncurkan sebagai seri FL (dengan mount FL) adalah “FX”, “FP”, “PELLIX”, “FTQL”, “PELLIX QL”, “TL”.
EXee adalah type kamera pertama di jajaran kamera Canon dengan fasilitas elemen depan kamera yang bisa di tukar (interchangeable) dengan sistem ulir atau type EX namun rear elemen (lensa bagian belakang) tetap menempel pada body. Diluncurkan pada oktober 1969, kamera ini adalah seri pertama dengan seri EX. Kamera yang diluncurkan dengan mount lensa EX adalah “EXee” dan “EX AUTO”(februari 1972).

F-1 merupakan kamera pembuka tradisi Top-of-the line Canon pada line-up SLR. Diluncurkan pada Maret 1971 “F-1″ diciptakan untuk pemakai kelas Pro. Mempunyai ketahan yang tinggi terhadap perubahan suhu dan cycle mencapai 100000. F-1 merupakan kamera pertama yang memperkenalkan mount FD pada pengguna kamera SLR Canon. Yaitu pengembangan mounting lensa setelah FL. Kelebihan pada mounting ini adalah sudah menggunakan aperture otomatis dan sistem pengunci lensa yang menggunakan sistem breach lock ring. Kehandalan F-1 sangat diakui oleh para pengguna kamera. Namun karena kamera tersebut ditunjukan untuk kalangan profesional, harga yang ditawarkan menjadi ganjalan.

Hingga akhirnya dengan spek yang hampir sama namun dengan harga yang cukup rasional Canon mengeluarkan FTb untuk menjawabnya. Meski tidak sehebat F-1, FTb terbukti mampu menjawab keinginan pasar terhadap kamera SLR. FTb berhasil terjual sebanyak 1juta unit hanya dalam waktu 3 tahun sejak kamera ini diluncurkan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengembangan SLR juga berkembang kearah positif. Penggunaan elektronik dan mikroprosessor mulai diterapkan dalam teknologi SLR agar lebih mudah untuk digunakan oleh para penggunanya.

A-1 adalah pengembangan dari AE-1 (kamera dengan Auto Exposure Canon pertama). Pada A-1 sistem elektronik mulai disempurnakan dengan digunakannya mikrokomputer pada kamera untuk pengaturan shutter speed-priority AE dan mode aperture-priority AE, juga mode fully automatic program AE. Penggunaan mikrokomputer pada kamera oleh Canon merupakan yang pertama didunia. Penggunaan mikrokomputer sangat membantu memudahkan pemakaian kamera. Selain itu mikrokomputer membuat biaya produksi terbilah murah, karena banyak hal yang terintegrasikan didalamnya. Dengan adanya perkembangan yang cukup signifikan tersebut, Canon ingin tetap memberikan yang terbaik pada jajaran Top-of-the-line nya sehingga Canon kembali meliris New F-1 pada september 1981, seputuh tahun semenjak F-1 diluncurkan. New F-1 mempunyai durability dan leability yang sama dengan pendahulunya, namun dilakukan penyempurnaan dengan ditambahkan mikrokomputer dan proses pembuatan body dan optik yang lebih sempurna.

Perkembangan elektronik sangat menguntungkan, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya model T80 pada April 1985. T80 adalah kamera Canon pertama dengan kemampuan Auto Focus. Untuk bisa melakukan AF, Canon meliris T80 dengan lensa khusus yang dinamakan AC lens. Lensa ini mempunyai mount FD namun mempunyai koneksi sinyal elektrik terhadap bodi dan mempunyai motor pada lensa nya. T80 adalah generasi ketiga pada jajaran T series.
Pada Februari 1985, semenjak T80 diluncurkan Minolta memperkenalkan AF yang sebenarnya kamera 35mm SLR, “Minolta a-7000,” diikuti “Minolta a-9000″ pada bulan September, sementara Nikon merilis kamera “Nikon F-501″ pada April 1986. Permintaan pasar menjadi sangat tinggi semenjak kamera itu diluncurkan, dan bahkan semenjak Nikon meliris “F-501″ nya, 50% pasar dikuasai oleh kamera AF. Meskipun Canon sudah meliris T80, tapi kecepatan fokusnya sangat jauh dibanding dengan Minolta dan Nikon. Pada maret 1985 Canon memutus kan untuk mengembangkan kamera AF sebenarnya untuk bisa diliris pada 1 Maret 1987 yang bertepatan dengan ulang tahun Canon yang ke 50.

Sesuai dengan janji nya, setelah dua tahun melakukan research akhirnya pada tanggal 1 Maret 1987 project EOS pertama mereka diluncurkan diluncurkan. EOS (Electronic Optical System) yang diambil dari nama dewa Fajar kepercayaan yunani kuno, yang juga berarti generasi baru dari kamera SLR. Pada generasi EOS, hampir semua aspek diperbaharui diantaranya sensor fokus yang sangat sensitif, BASIS (Base-Stored Image Sensor), motor yang sangat tinggi, dan memperkenalkan supermikrokomputer yang mendukung komputasi dan kontrol yang super cepat. Tidak hanya perubahan pada body, lensa pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jenis lensa yang dipakai memakai mounting EF (electronic focus). Jenis menggunakan koneksi secara elektrik antara body kamera dan lensa. Selain itu pada jajaran lensa EF diperkenalkan juga USM (Ultrasonic Motor) yang pertama kali dikomersialkan di dunia sebagai aktuator auto focus.
Satu bulan sebelum peluncurannya, “EOS 650″ ditunjukkan kepada publik di Jepang Kamera Show di Tokyo dan mendapatkan sambutan yang hangat dan menarik. Pada bulan Mei, dua bulan setelah memasuki pasar, “EOS 650″ berhasil merebut pangsa pasar teratas tidak hanya di Jepang, tetapi juga di Eropa. Selain itu, “EOS 650″ mendapatkan Kamera Grand Prix Jepang dan pada tahun yang sama European Camera ’87/’88 Award berhasil didapatkan juga.

Seiring dengan perkembangan generasi EOS, Canon kembali meliris kamera Top-of-the-line mereka. Pada september 1989 mereka meluncurkan EOS 1. Sesuai dengan tradisi angka satu dari Canon, EOS 1 ditunjukan untuk pemakai profesional. Tidak seperti Canon F-1 yang bertahan selama 10 tahun tanpa banyak perubahan, EOS 1 secara dinamis berubah. Berikut adalah beberapa perkembangan dari model Top-of-the-line EOS.
  • EOS 1N (november 1994) : AF sensor type silang dengan 5 titik fokus;
  • EOS 1N HS (november 1994) dilengkapi Power Drive Booster E1
  • EOS 1N DP (november 1994) dilengkapi battery pack BP-E1
  • EOS 1N RS (maret 1995) dengan fixed semi transparent pellicle mirror sebagai pengganti blank out mirror.
  • EOS 1V (maret 2000) dengan 45 titik fokus, 10 fps. EOS 1V adalah merupakan puncak dari perkembangan kamera 35mm film pada jajaran Top-of-the-line dari Canon.

Untuk lebih meluaskan pangsa pasar mereka, Canon tidak hanya menyasar pasaran profesional namun mereka juga melebarkan sayap untuk pasar pemula. Kamera SLR Canon yang ditunjukan untuk pasaran pemula mereka namakan dengan Kiss. Canon EOS Kiss pertama diluncurkan pada september 1993. Kiss sendiri adalah singkatan dari “keep it smart and silent”. Meski EOS Kiss ditunjukan untuk pasar pemula, tapi fitur yang ada seperti AF, mekanisme Exposure dan berbagai macam mode AE tetap tersedia yang menjadikannya rival terhadap kamera-kamera profesional. New EOS Kiss diluncurkan pada september 1996 sebagai pengembangan untuk Kiss sebelumnya dalah hal performance, kemudahan pengoperasian, dan harga yang lebih rasional. Seperti kakaknya jajaran EOS 1, EOS Kiss (atau Rebel untuk pasar Amerika) secara dinamis terus berkembang untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar akan kamera SLR pemula. Perkembangan paling akhir dari Canon untuk kamera SLR pemula adalah diluncurkannya Canon EOS Kiss 7 pada september 2004 sebelum akhirnya semua SLR kamera berpindah pada format Digital.
Sebelumnya kita udah bahas sejarah kamera Canon dari awal sampe sekitaran 2005. Di perkirakan itu menjadi akhir masa produksi kamera 35mm film. Sekarang saya coba ceritakan sejarah kamera mulai digital sampai sekarang.. Mulai..
7. Canon PowerShot, jajaran kamera kompak digital Canon (1986-Present)
Awal dari perkembangan kamera digital sebetulnya bukan dimulai oleh digital, melainkan berawal dari kamera analog magnetic dengan media penyimpanan pita magnetik atau floppy disk.
Tahun 1981, Sony meluncurkan kamera dengan sistem penyimpanan magnetik yang dinamakan “Mavica”. Untuk mengantisipasi permintaan terhadap kamera jenis itu, maka pada bulan oktober 1981 Canon membentuk tim untuk mengembankan jenis kamera Magnetic Recording Color Still atau disebut Still Video (SV). Sebagai upaya pengembangan pada tahun 1984, Yomiuri Shimbun yang merupakan salah satu koran Jepang meminta kepada Canon untuk dapat meliput Olimpiade di Los Angeles. Dengan persiapan hanya 10 bulan untuk mempersiapan semuanya dari mulai persiapan pelaksana lapangan sampai persiapan semua peralatan, mereka siap untuk meliput. Suatu saat ketika meliput maraton pria, telepon mobile yang digunakan sebagai transmiter gagal beroperasi. Jadi mereka mencoba mengirimkannya lewat telepon umun. Dan ternyata berhasil.

Maka dengan hasil percobaan pada limpiade Los angeles tersebut Canon mulai untuk memproduksi kamera dengan sistem penyimpanan magnetik yang dinamakan RC-701. Pada bulan Juli 1986 RC-701 di launching oleh Canon. Meskipun sudah banyak perusahaan yang mengembangkan kamera jenis tersebut semenjak Mavica buatan Sony, namun Canon RC-701 sebagai kamera magnetic recording still pertama yang di dunia yang dijual secara umum.
Meskipun kamera magnetic recording still menggunakan sistem penyimpanan analog, namun cara kerja dan teknologinya merupakan tonggak awal pengembangan kamera digital hari ini.
Meskipun kelebihan yang dimiliki oleh kamera SV seperti tidak usah mencuci film sangat menggiurkan, namun kekurangannya yaitu harga jual yang sangat tinggi sangat mengalahkan kelebihan tersebut. Untuk type RC-701 dijual dengan harga 390.000 yen.

Hingga akhirnya pada bulan November 1988, Canon meluncurkan RC-250 atau disebut juga Q-PIC dengan harga dibawah seratus ribu yen. Q-PIC dilengkapi dengan built-in play back function sehingga pengguna bisa langsung melihat foto hasil jepretan mereka pada televisi mereka masing-masing. Dengan kelebihannya tersebut, Q-PIC sangat laku terjual di pasaran eropa dengan merk “ION”.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer, hal ini sedikitnya memaksa para pelaku electronik untuk bisa mengikuti arus pendigitalan. Sehingga kamera SV dianggap tidak bisa lagi memenuhi keinginan pemakainya. Namun pada waktu itu sensor CCD (sensor penerima gambar) yang banyak digunakan dinilai tidak sanggup untuk menghasilkan gambar yang baik dan media penyimpanan Compact Flash (CF) yang sangat mahal pada waktu itu, membuat Canon sempat berfikir bahwa teknologi digital tidak akan diterima oleh masyarakat luas.
Setelah Canon mengeluarkan kamera SV kualitas tinggi RC-570 pada april 1992, Canon berhenti memproduksi kamera SV dan beralih pada kamera digital.

Pada tahun 1995 “EOS DCS” yang merupakan hasil kerjasama dengan Eastman Kodak diluncurkan. EOS DCS merupakan kamera DSLR pertama buatan Canon yang ditunjukan untuk pemakai Profesional. Lalu pada Juli 1996 Canon meliris kamera kompak digitak pertama yang ditunjukan untuk pengguna secara umum yang dinamakan PowerShot 600 dengan media penyimpanan CF. Dengan diluncurkannya PowerShot 600, ini menandakan bahwa Canon sudah memulai era digitalnya.
Perkembangan PowerShot sebagai jajaran kamera kompak digital buatan Canon sungguh sangat memanjakan para penggunanya. Dalam pengembangannya PowerShot berkembang menjadi beberapa tipe sesuai dengan peruntukan pasarnya.
8. Canon EOS Digotal SLR, jajaran DSLR Canon (1995-Present)
Awal 90-an merupakan saat dimana gelompang perkembangan dunia elektronik berpindah menuju digital atau sering disebut saat saat digitalisasi. Dan bahkan Canon pun dilanda gelombang transisi tersebut. Disaat Canon akan berpindah menjadi kamera digital, Canon merasa teknologi digital terlalu mahal untuk bisa di terima oleh masyarakat luas. Sebagai langkah awal menuju era digital, Canon bekerja sama dengan Eastman Kodak untuk membangun kamera Digital SLR (DSLR).

Proyek pertama mereka adalah EOS DSC 3 yang diluncurkan pada bulan juli 1995. Pengembangan EOS DCS 3 mengambil basis kamera EOS 1N dengan pemakaian sensor gambar CCD (Charge-Coupled Device) high density sebesar 1,3 megapiksel. Buffer memori berkecepatan tinggi yang besar 16 MB memungkinkan pemotretan terus menerus di 2,7 fps dalam 12-frame burst. Selain itu, dengan menggunakan hard disk kamera 260 MB, dapat menyimpan sekitar 189 frame. Ditunjukan untuk pemakai profesional karena harga jual yang sangat tinggi sekitar 2 juta yen dan EOS 1D dengan 4,5 MP dijual hanya 750000 yen. Sangat cocok untuk fotografer olah raga dan berita.

Tidak lama setelah EOS DSC 3 diluncurkan, pada bulan Desember 1995 EOS DSC 1 diluncurkan. Dengan ukuran gambar yang lebih besar, yaitu 6 MP dengan kecepatan 0.6 fps. EOS DSC dijual dengan harga 3,6 juta yen. Ditunjukan untuk fotografer yang membutuhkan kualitas gambar tinggi. Seperti fotografer iklan atau landscape.

Diluncurkan pada bulan Maret 1998. Pengembangan kamera DSLR hi-end Canon generasi ke 3 dengan tanpa embel2 Kodak pada body. Ditunjukan untuk menggantikan EOS DSC 3 dan dijual dengan harga yang sama.
Canon EOS D2000. Kamera yang masih termasuk jajaran pengembangan EOS 1N. Memakai sensor CCD 2MP dengan 3.5 fps.

Diluncurkan pada bulan desember 1998.
Canon EOS D6000. Dengan sensor CCD 6 MP dengan 1 fps. EOS D6000 merupakan pengganti EOS DSC 1 dengan tanpa tulisan Kodak pada body. Dan dijual dengan harga yang sama dengan Canon EOS DSC 1.

Setelah 4 produk DSLR Canon diluncurkan untuk kalangan profesional, Akhirnya pada bulan oktober 2000 Canon EOS D30 dilncurkan. EOS D30 merupakan kamera DSLR pertama Canon yang diluncurkan untuk semua kalangan dan juga disebut dengan pembuka era kamera DSLR standar.
EOS D30 merupakan kamera pertama Canon yang menggunakan sensor CMOS (Complementary metal–oxide–semiconductor). Dengan ukuran gambar sebesar 3.2 MP dan kecepatan 3 fps dijual dengan harga 385.000 yen.

Sebagai pengembangan dari Canon EOS D30, pada bulan maret 2002 Canon meluncurkan Canon EOS D60. Apa yang baru pada Canon EOs D60 adalah penambahan jumlah pixel menjadi 6 MP dan kecepatan 3 fps. Seperti halnya EOS D30, Canon EOS D60 pun masih menggunakan body berbahan plastik. Canon EOS D60 adalah awal dari pengembangan kamera DSLR Canon semi-profesional atau sering kita sebut dengan Canon DSLR dua digit.

Pada bulan desember 2001, Canon kembali meluncurkan kembali DSLR jajaran Top-of-the-line nya dengan meluncurkan Canon EOS 1D dan ini adalah kamera DSLR top-of-the-line pertama buatan Canon yang tanpa berkolaborasi dengan produsen lain. Dengan ukuran gambar 4 MP dan kecepatan 8 fps Canon EOS 1D dijual dengan harga 750.000 yen. Bentuk bangun EOS 1D mengambil desain EOS 1V sebagai acuan. Sehingga bila kita tidak melihat huruf D dan LCD yang ada di belakang, akan sedikit sulit membedakan kedua kamera tersebut. EOS 1D ditunjukan untuk para fotografer olahraga dan berita.

Pada november 2002, Canon kembali meluncurkan produk Top-of-the-line nya Canon EOS 1Ds. Penambahan huruf S pada EOS 1Ds sangat berpengaruh banyak. Menggunakan sensor CMOS dengan ukuran gambar 11 MP dan dengan kecepatan 3 fps, Canon EOS 1Ds ditunjukan untuk hampir semua jenis fotografer. Kelebihan lain dari sekedar huruf S yang ditambahkan adalah Canon EOS 1Ds adalah kamera Canon pertama dengan sensor Full 35mm Frame. Namun dengan besarnya ukuran gambar, Canon EOS 1Ds lebih ditunjukan untuk kalangan fotografer yang menginginkan kualitas gambar yang tinggi, seperti fotografer studio, iklan, atau landscape.
Pengembangan terhadap kamera Top-of-the-line Canon, dilakukan terus sampai sekarang. Penandaan untuk setiap pengembangan adalah dengan dibubuhkan Mark x (x adalah tanda pengembangan ke berapa). Beberapa jenis hasil pengembangan Canon EOS 1D adalah:
  • Canon EOS 1D (2001)
  • Canon EOS 1Ds (2002)
  • Canon EOS 1D Mark II (2004)
  • Canon EOS 1Ds Mark II (2004)
  • Canon EOS 1D Mark II N (2005)
  • Canon EOS 1D Mark III (2007)
  • Canon EOS 1Ds Mark III (2007)
  • Canon EOS 1D Mark IV (2009)

Pada bulan maret 2003, Canon kembali meluncurkan kamera untuk kelas dua digitnya. Ditunjukan sebagai pengganti Canon EOS D60, Canon EOS 10D diluncurkan dengan pengembangan yang sangat menggiurkan. Dengan tetap mengusung sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 3 fps, Canon EOS 10D menggunakan body yang terbuat dari magnesium-alloy. Selain itu dilakukan penambahan pada titik fokus AF sebanyak 7 point. Canon EOS 10D tercatat sebagai kamera semi-pro pertama dari jajaran kamera Canon. Berikut beberapa pengembangan dari line-up kamera dua digit Canon.
  • Canon EOS 10D (2003) 6MP 3fps
  • Canon EOS 20D (2004) 8MP 5fps
  • Canon EOS 20Da (2005) 8MP 5fps (japan domestic market)
  • Canon EOS 30D (2006) 8MP 5fps
  • Canon EOS 40D (2007) 10MP 6.5fps
  • Canon EOS 50D (2008) 15MP 6.3fps

Mencoba untuk mengulang kesuksesan mereka pada Canon EOS Kiss 35mm film SLR, pada september 2003 Canon meliris Canon EOS Kiss digital (digital Rebel untuk pasar amerika dan tiga digit untuk pasar asia dan eropa). Canon EOS Kiss Digital / 300D ditunjukan untuk pemakaian pemula. Dengan sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 2.5fps, Canon EOS Kiss mampu menyerap pasar dengan sangat baik. Berikut adalah beberapa pengembangan dari Canon EOS Kiss.
Canon EOS 350D /Kiss N/Rebel XT (maret 2005) 8MP 3fps 7 AF point.
Canon EOS 400D /Kiss X/ Rebel XTi (september 2006) 10MP 3fps 9 AF point.
Canon EOS 450D /Kiss X2/ Rebel XSi (maret 2008) 12MP 3.5fps 9 AF point.
Canon EOS 1000D /Kiss F/Rebel XS (juni 2008) 10MP 3fps 7 AF point.
Setingkat dibawah Canon EOS 1D, Canon meluncurkan kelas baru Full Frame yaitu Canon EOS 5D pada bulan oktober 2005.

Kamera ini ditunjukan untuk Advanced Amateurs yang mencari kamera dengan kemampuan sensor Full Frame namun dengan ukuran dan berat yang lebih kecil dari kamera profesional. Dengan ukuran gambar 12.8MP dan kecepatan 3fps dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan para fotografer profesional rookie.
Karena kesuksesan Canon EOS 50D dipasaran, pada november 2008 Canon kembali meliris Canon EOS 5D Mark II dengan peningkatan pada jumlah pixel menjadi 21 MP dan kecepatan 3.9 fps, diharapkan Canon EOS 5D Mark II dapat menuai kesuksesan yang sama dengan pendahulunya.